Jumat, 15 Januari 2016

Refleksi Terkondisi - Kami Tidak Takut

Pada hari Kamis, 14 Januari 2016 yang lalu, tepat pukul:10.40, ibukota diguncang oleh aksi terorisme di Jl. M.H.Thamrin. Mata dunia menyoroti kejadian itu dengan kaca  mata empati. Kita pun yang tinggal di Jakarta, sedikit banyak, mengalami guncangan psikologis sesaat lamanya. Ada banyak reaksi yang muncul di tengah masyarakat menyikapi peristiwa tersebut. Sebahagian mengalami ketakutan. “Jangan-jangan saya menjadi korban berikutnya”, barangkali itulah pikiran masyarakat sesaat setelah peristiwa itu. Namun, kekalutan dan ketakutan massal sepertinya langsung terobati setelah gerakan dunia maya memperkenalkan hashtag #kamitidaktakut. Ya, kami bangsa dan rakyat Indonesia tidak takut, sebab kami adalah satu (Indonesia Unite). Respon masyarakat tiba-tiba berubah, dari ketakutan massal menjadi semangat untuk saling menopang sesama anak bangsa. Berbagai empati mengalir kepada korban teroris, tidak terkecuali kepada aparat keamanan yang saling menopang melawan gerakan teroris tersebut.

Salah satu aliran dalam ilmu Psikologi, yaitu: Behaviourisme, berpendapat bahwa reflek seseorang merupakan jawaban terhadap kondisi yang ada di luar dirinya. Jawaban atas tindakan itu bermuara pada perilaku dan tindakan. Melalui pemikiran aliran itu, kita mesti memahami bahwa tindakan atau perilaku seseorang itu tidaklah berdiri sendiri. Selalu ada kondisi di luar dirinya yang membentuk tindakan atau perilaku itu. Oleh aliran Psikologi Behaviourisme, inilah yang disebut dengan reflek – terkondisi. Hal inilah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, khususnya yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.


Atas peristiwa teror beberapa hari lalu, berbagai ragam tindakan dan perilaku dapat kita lihat sebagai jawaban atas kondisi horor tersebut. Ada yang mengalami ketakutan, ada juga yang tidak terganggu sembari terus mengais rejeki (seperti penjual sate yang mengipas satenya di tengah kekalutan di Jl. MH. Thamrin). Sementara dari sudut pandang pelaku teror itu, tentu kondisi yang ada di luar dirinya (doktrinasi ideologis) merupakan  faktor yang mempengaruhi cara berperilakunya. Cara berperilaku itu membuat dirinya ‘mampu’ dan ‘sanggup’ merampas hak hidup orang lain.

Aliran ilmu Psikologi Behaviourisme ini, juga dianut dalam ilmu Teologi, yakni Hermeneutika (penafsiran). Menurut ilmu Teologi, suatu Teks itu berdiri di tengah-tengah Konteks. Kedalaman makna sebuah Teks hanya dapat kita peroleh bila kita memahami Konteks. Konteks adalah kondisi ada di luar Teks, sementara Teks adalah jawaban terhadap Konteks. Banyak aliran Kekristenan yang tidak
menggunakan model ini dalam menafsirkan Alkitab, sehingga mereka melahirkan ajaranajaran triumfalistik, yakni: menggunakan suatu ayat Alkitab untuk menghakimi orang lain dan pada saat bersamaan membenarkan diri sendiri.

Bahaya ! Berbahaya bagi umat beragama bila Teks dan Konteks dibuat terpisah dalam menafsirkan ayat-ayat dalam Kitab Suci.
Ulil Absar Abdallah, seorong pemikir muda Islam, memiliki pendapat atas berbagai ragam aksi teroris. Aksi teroris yang sedang marak di berbagai belahan dunia saat ini merupakan imbas dari Ideologi Apokaliptik, yakni ideologi yang dibangun berdasar pada bayang-bayang kehidupan setelah hidup di dunia.  Biasanya, ideologi Apokaliptik bertumbuh subur pada situasi perang, dimana kondisi perang mengakibatkan orang tidak melihat pemeliharaan kehidupan melainkan penaklukan.

Kondisi dunia sekarang justru mengingatkan kita untuk menghidupkan Ideologi Kehidupan. Ideologi Kehidupan mengajak setiap orang untuk berpartisipasi dalam merawat kehidupan sebagai pemberian Allah. Karena itu, yang terjadi sekarang adalah Ideologi Apokaliptik versi teroris, berhadapan dengan Ideologi Kehidupan. Tentu, kita harus berpihak pada  ideologi kehidupan, sebab Allah sendiri pun sangat menghargai kehidupan. Penghargaan itulah yang menjadi faktor sehingga Allah memberikan otoritas perawatan kehidupan itu kepada manusia. Disini kita dapat melihat Kasih dan Keadilan Allah dalam menopang kehidupan itu sendiri. Sebenarnya model Ideologi Apokaliptik ini tidak hanya monopoli kaum teroris. Berbagai agama mengenal model ideologi apokaliptik, termasuk Kristen. Ciri-cirinya adalah, mengabaikan suatu yang lain di luar dirinya sebagai faktor pengubah diri, dari individu terbatas menjadi individu yang tidak berhingga. Penganut ideologi apokaliptik dapat dilihat dari  berbagai cara berpikir, salah satu di antaranya bahwa baromoter kebenaran ada pada dirinya, yang berbeda dengan  dirinya adalah lawan yang harus ditaklukkan. Ideologi Kehidupan justru berkata hal yang berbeda dengan teori penaklukan itu. Semua umat berpartisipasi dan saling menopang untuk merawat kehidupan ini. Untuk itulah, setiap gerakan saling penaklukan (termasuk teroris) adalah pihak yang bersebarangan dengan kehidupan, sekaligus telah  berlawanan dengan dengan Kasih dan Keadilan Allah atas kehidupan ini. Lalu, bagaimana kita merespon hal ini semua ?

Kembali pada aliran psikologi Behaviourisme di atas –bahwa cara bertindak seseorang tidak terpisah dari kondisi di luar diri kita. Kita sadar, bahwa diri kita hanya individu yang terlalu kecil berbanding dengan keragaman di luar diri kita. Keragaman kondisi di luar diri kita merupakan konsekuensi penciptaan Allah atas kehidupan itu. Karena itu, kondisi di luar diri kita mesti disikapi secara bijak. Metode berpikir seorang Etikus, Emmanuel Levinas, dapat membantu kita memahami kondisi di luar diri. Yang lain (the others) merupakan perwujudan dari ketidakberhinggaan diri kita. Bahasa yang sangat sederhana, keterbatasan  kita akan berubah menjadi ketidakterbatasan manakala yang lain itu diterima sebagai partner dalam merawat kehidupan. Metode berpikir seperti ini sangat jauh dari pemahaman kaum teroris. Namun, bila kita juga tidak mau menerima ‘yang lain’ itu, hakekat teror sebenarnya sudah melekat dalam pikiran. Hanya saja, tidakan kita belum melahirkan horor pisik bagi yang lain. Untuk itu, kita diajak untuk menerima yang lain sebagai respon atas kondisi di luar diri. Cara ini adalah salah satu bagi kita untuk berpartisipasi dalam Kasih dan Keadilan Tuhan. Amin.

(Pdt. Irvan Hutasoit)

Rabu, 30 Desember 2015

MATA TUHAN MENATAP DAN KASIHNYA MENYERTAI

Bagaimana pandangan anda terhadap tahun 2015 yang baru telah kita lalui ? Semoga tahun lalu merupakan tahun yang indah dimana anda merasakan penyertaan Tuhan yang melindungi, menjaga dan memberkati anda sepanjang tahun. Barangkali, beberapa di antara kita menganggap bahwa tahun 2015 yang lalu merupakan tahun yang sulit dan penuh pergumulan. Pergumulan kita begitu dinamis, dimana menjelang akhir tahun 2015 bangsa kita mengalami goncangan ekonomi yang justru memberi pengaruh besar dalam pergumulan keluarga kita. Karena itu, kita mungkin kuatir bahwa tahun ini jangan-jangan akan sama lagi, atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Malam ini mari kita awali perjalanan tahun 2016 ini melalui semangat yang dilandaskan pada firman Tuhan. 

Nats bacaan di atas berdiri di dalam konteks ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir untuk masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Bangsa Israel sebenarnya sudah mengalami begitu banyak penyertaan Tuhan sepanjang perjalanan mereka. Mulai dari tiang api dan tiang awan untuk menghangatkan disaat dingin dan memayungi mereka disaat panas: “TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.” (Keluaran 13:21-22); bukan hanya itu saja, bekal makanan bangsa itu juga diperhatikan oleh Tuhan, yakni melalui burung puyuh yang diberikan Tuhan karena mereka bersungut-sungut hanya makan roti terus menerus (Keluaran 16:13) dan masih banyak lagi bukti penyertaan Tuhan bagi bangsa itu sepanjang perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Pertanyaan, apakah iman bangsa Israel makin teguh kepada Tuhan ? Sayangnya tidak. Dasar bangsa yang keras kepala dan tidak tahu terima kasih, mereka terus berulang-ulang menunjukkan sikap buruk mereka, baik lewat keluh kesah bahkan menyembah ilah lain hingga beberapa generasi selanjutnya. 

Kembali kepada perjalanan mereka menuju Kanaan, Musa sudah mengingatkan agar mereka bahwa mata mereka sendiri sebetulnya sudah menyaksikan segala perbuatan besar Tuhan.“Kamu tahu sekarang–kukatakan bukan kepada anak-anakmu, yang tidak mengenal dan tidak melihat hajaran TUHAN, Allahmu– kebesaran-Nya, tangan-Nya yang kuat dan lengan-Nya yang teracung, tanda-tanda dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan-Nya di Mesir terhadap Firaun, raja Mesir, dan terhadap seluruh negerinya; juga apa yang dilakukan-Nya terhadap pasukan Mesir, dengan kuda-kudanya dan kereta-keretanya, yakni bagaimana Ia membuat air Laut Teberau meluap meliputi mereka, ketika mereka mengejar kamu, sehingga TUHAN membinasakan mereka untuk selamanya; dan apa yang dilakukan-Nya terhadapmu di padang gurun, sampai kamu tiba di tempat ini; pula apa yang dilakukan-Nya terhadap Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, anak Ruben, yakni ketika tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya, kemah-kemah dan segala yang mengikuti mereka, di tengahtengah seluruh orang Israel.” (Ulangan 11:2-6). Dan sebuah ketegasan pun dikatakan oleh Musa di dalam nats renungan kita pada tahun baru ini: “Sebab matamu sendirilah yang telah melihat segala perbuatan besar yang dilakukan TUHAN.” (ay 7). Tidakkah ini pun menjadi teguran buat kita? Kita seringkali hanya sibuk terfokus memandang masalah sehingga lupa bagaimana Tuhan telah menyertai kita selama ini. 4 Akibatnya, berbagai bukti nyata penyertaan Tuhan sering kita abaikan karena cara pandang kita sendiri hanya terpusat pada masalah kehidupan yang melahirkan keluh kesah sebagaimana bangsa Israel itu sendiri. 

Bangsa Israel tidak mampu melihat apa yang sebenarnya diberikan Tuhan kepada mereka. Tuhan melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan memberi sebuah tanah yang sangat subur, melimpah susu dan madunya. Lihatlah ayat berikut ini: “Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.” (Ulangan 11:10-11). Lalu lihatlah janji Tuhan yang indah ini:“suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.” (ay 12)

Janji Tuhan sebagaimana dicatatkan oleh nats bacaan ini berlaku juga bagi kita saat ini. Kita tidak mungkin mengingkari bahwa pada hari-hari yang lalu, Tuhan telah membuktikan penyertaanNya bagi kita, yaitu melalui pengalaman hidup kita sendiri. Nats ini menginspirasi kita dalam menjalani tahun 2016 ini. Nats ini tidak bermaksud untuk membius kita di tengah pergumulan hidup yang masih kita hadapi di depan. Nats ini justru menghidupkan pengharapan iman dalam menjalani tahun 2016 ini. Kita sadar bahwa pergumulan kehidupan masih membentang di hadapan kita, namun nats ini mengingatkan kita akan janji Tuhan yang sudah pasti, yaitu pemeliharaanNya sepanjang kehidupan orang percaya. Karena itu, janji Tuhan di dalam nats ini seharusnya menghapus seluruh rasa kuatir meskipun sikap waspada kita pelihara – waspada agar kita tidak terperosok dalam menjalani tahun 2016 ini; waspada agar kita tetap berpijak pada pesan firman Tuhan di dalam nats ini. 

Bila masih ada kekuatiran di dalam hati kita dalam menjalani tahun 2016 ini, maka firman ini juga mengingatkan kita agar tetap fokus menjalani kehidupan yang berpijak pada janji Tuhan. Menyinkirkan cara pandang yang berpusat pada masalah, tetapi berpusat pada pengharapan janji Tuhan. Janji Tuhan itu sudah tegas dinyatakan di dalam nats malam tahun baru ini. Seperti Tuhan mengawasi negeri dan umatNya dahulu, seperti itu pula Dia akan melakukannya untuk kita. MataNya pun akan senantiasa mengawasi kita, dan Dia akan berjalan bersama-sama dengan kita dari awal sampai akhir tahun. Kasih setia Tuhan akan terus ada bersama anda dan saya setiap hari di tahun yang baru ini. 

Kaitannya dengan Tema Natal pada tahun 2015 yang lalu, yakni HIDUP BERSAMA SEBAGAI KELUARGA ALLAH. Sebagaimana janji Tuhan di dalam nats ini adalah janji yang dinyatakan berbasis komunitas, yakni Israel; maka bentuk sasaran janji itu pula berlaku bagi kita saat ini. Kita semestinya bersama-sama membangun pola hidup bersama untuk menggairahkan Rumah Bersama yang berpijak pada janji dan pengharapan Tuhan. Memasuki tahun 2016 ini, dimanapun kita berada maka itu adalah Rumah Bersama kita. Di dalam Rumah Bersama itu ada panggilan bagi kita setiap individu untuk mempraktekkan Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah. Dalam rangka Hidup Bersama itu, maka firman Tuhan pada ibadah awal tahun ini menjadi pedoman hidup, yaitu menjadikan tahun 2016 sebagai tahun yang indah bagi kita semua, secara bersama-sama; yaitu Rumah Bersama yang tidak terpusat pada MASALAH, tetapi Rumah Bersama yang berpusat pada janji dan kasih Tuhan. Mampukah kita ?. HARUS. Amin. 


republish:: gsolusi

Minggu, 12 April 2015

Sidang Umum Jemaat GKPI Rawamangun Pada Minggu "QUASIMODOGENITI"

Pada hari Minggu, 12 April 2015 ini, GKPI Rawamangun mengadakan Periodesasi Jemaat dengan Agenda Sidang Umum Jemaat GKPI Rawamangun untuk Periode 2015 - 2020. Minggu ini juga dinamai "Quasimodogeniti", yaiu hari ke-delapan sesudah Paskah. Dalam bahasa Latin, secara kasar hal tersebut juga berarti seperti bayi yang baru lahir (wikipedia ).

Pendeta Irvan Hutasoit, membawakan firman Tuhan dengan nats yang terambil dari 1 Yohanes 1:1-10. Pak Pendeta memulai khotbanya dengan mengangkat fenomena penggunaan "gadget" yang hampir menjadi budaya orang modern saat ini. Fenomena tersebut disebutkan mengakibatkan masyarakat menjadi anti sosial dalam bersikap, dan menempatkan orang seakan menjadi pemilik ruang dan waktu. Interaksi sosial yang real seakan tidak lagi dilakukan dalam bermasyarakat, bersosial dalam hubungannya dengan komunikasi. Gaya dan budaya "gadget" tersebut disinggung menjadi penyebab sikap hidup yang egosentris menurut Pendeta Irvan Hutasoit.

Gaya egosentris yang demikian bila dihadapkan pada fakta penciptaan telah menempatkan keunikan penciptaan menjadi terabaikan. Keunikan telah diciptakan oleh Tuhan agar dapat menempatkan manusia bisa saling berkomunikasi dalam hubungannya dengan sosial. Disampaikan bahwa melalui penderitaan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, menunjukkan bahwa Tuhan Yesus terbuka menerima pihak manusia yang justru berbeda status dengan dirinya.

Spritualitas persaudaraan yang ditanamkan oleh Tuhan Yesus mesti dijadikan gaya hidup bagi orang yang percaya kepada Tuhan. Hal tersebut disebutkan dalam khotbah Pendeta Irvan adalah ;
  • manusia harus sadar dalam pembangunan komunitas ada satu fakta yang harus disadari yaitu adanya keunikan dari masing-masing orangg untuk saling menerima satu sama lain. Diungkapkan dalam Nats 1 Yohanes 1:5 "Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan", dan terang yang dimaksud adalah sebagai spritualitas yang membuka diri kepada perbedaan, sekaligus masing-masing orang untuk menerima perbedaan tersebut.
  • sifat yang terbuka kepada perbedaan justru menempatkan manusia pada semangat persaudaraan. Dalam Mazmur 133, "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun !". Kalimat yang sangat tegas dan diakhiri dengan tanda seru.
  • persekutuan dapat dibangun bila masing-masing didalam ruang lingkup persekutuan itu hidup dalam semangat persaudaraan.

Relevansinya buat GKPI Rawamangun adalah dengan akan dilaksanakannya Sidang Umum Jemaat agar keberlanjutan pelayanan itu menjadi sesuatu yang mulia ditengah-tengah Jemaat, maka menjadi penting untuk merajut perbedaan yang ada di antara warga Jemaat menjadi bentangan persaudaraan indah.

Pendeta Irvan Hutasoit kemudian mengatakan untuk tidak mengutamakan proses jalannya periodesasi itu melainkan setelah periodesasi tersebut, pelayanan apa saja yang masih kita lakukan untuk menjangkau yang belum terjangkau (to reach unreach). Dengan demikian, menurut Pendeta Irvan Hutasoit, bagi warga Jemaat bukan SIAPA yang terpilih, melainkan APA dan BAGAIMANA setelah terpilih. 

Paparan khotbah Pendeta Irvan Hutasoit di atas menurut kami tidak seluruhnya mengarah kepada persoalan yang selama ini terjadi di GKPI Rawamangun, yakni terpilihnya anggota majelis Jemaat yang tidak sesuai dengan talenta dan bidang kerjanya. Pernyataan keunikan masing-masing orang memang sudah menjadi bagian natural dari penciptaan, bahwa tidak ada yang sama untuk setiap orang apalagi talenta dan keahlian orang tersebut. Mengetengahkan keunikan dari setiap orang dalam menciptakan persamaan   mengungkapkan kegalauan sebelum pemilihan Periodesasi, karena sudah harus memberikan hal yang tidak perlu diragukan dalam kondisi seperti itu. 

Kegalauan sebelum periodesasi terjadi dengan adanya dinamika dalam proses pemilihan serta adanya catatan-catatan yang perlu direview oleh warga Jemaat dalam pelaksanaan pemilihan diberikutnya. Syarat dan ketentuan serta aturan teknis yang tidak terlalu ketat menyebabkan pemilihan tersebut menjadi banyak terinterverensi dengan berbagai aturan kondisi teknis ditengah-tengah pemilihan. 

Interupsi dan pertanyaan yang dilakukan selama periodesasi berlangsung dilakukan hanya oleh warga Jemaat tertentu saja dan kurang memperhatikan pendapat warga Jemaat lainnya sebagai masukan pembanding. Kurangnya sosialisasi dari Panitia pemilihan kepada warga Jemaat juga dianggap menyumbang ketidaksignifikannya proses pemilihan, karena beberapa kali terkendala oleh persoalan teknis yang harus dilemparkan lagi kepada Sidang Umum Jemaat. 

Inti dari informasi ini adalah bahwa meskipun terjadi kegalauan dalam proses periodesasi GKPI Rawamangun dan orang yang terpilih sebagian masih dianggap tidak sesuai dengan talenta dan keahliannya pada bidang yang terpilih, namun umumnya Periodesasi GKPI Rawamangun berjalan dengan lancar dan sukacita diantara warga Jemaat.
Sampai menjelang berakhirnya periodesasi, warga Jemaat yang mengikuti masih terbilang cukup ramai mengikutinya. Ada ketidak puasan dan ada kepuasan dari hasil Periodesasi ini terhadap Panitia Pemilihan, maupun   orang-orang yang terpilih, itu sudah menjadi keputusan yang diambil dalam Sidang Umum Jemaat kali ini.

Semoga Pengurus Harian Jemaat, Ketua Seksi Kategorial maupun Pengurus Non Kategorial dari Periodesasi 2015 - 2020 diberikan hikmat dan kebijaksanaan dalam menjalankan tugas sebagai pelayan di GKPI Rawamangun. Relevansi dari egosentris yang terdapat dalam khotbah sebelumnya sebagai akibat dari teknologi maju, yaitu "Gadget" tidak lagi menjadi kambing hitam mengabaikan Kasih Tuhan dalam menciptakan keunikan dan bersosial. Kiranya teknologi tidak lagi menjadi acuan yang sering kali diserang sebagai bahan pembuat ketidakserasian dan menjadi pokok persoalan yang harus dijauhkan dari kehidupan spritual kita. Bagaimanapun juga, teknologi adalah bagian dari buah pemikiran dan karya manusia yang memiliki talenta dan keunikan yang lain yang diberikan Tuhan sebagai kepintaran, dan penggunaan teknologi tidak dianggap sebagai bidat yang menyesatkan bagi keimanan kita sebagai pengikut Kristus. Dengan tidak menjerumuskan teknologi sebagai biang keladi dari kejatuhan manusia kedalam proses keimanannya, maka kita juga patut mensyukuri bahwa teknologi juga berperan besar buat Kemuliaan Nama Tuhan.

Apapun hasil Periodesasi 2015 - 2020 GKPI Rawamangun, baiknya kita warga Jemaat sama-sama berkarya dan membangun kembali GKPI Rawamangun agar lebih mementingkan pelayanan dan kasih Tuhan. Bagaimanapun, sebentar lagi GKPI Rawamangun akan berusia 50 tahun, dimana masa-masa awal pelayanan Jemaat dianggap sangat sulit pada waktu berdirinya. Kita, harus semakin tersungkur dan berdoa serta bersama-sama bahu membahu membina GKPI Rawamangun ke arah pelayanan yang sesungguhnya. 

Syaloom,

-GKPI-

Rabu, 25 Desember 2013

Rangkaian Kegiatan Natal 2013 GKPI Rawamangun

Rangkaian kegiatan Perayaan Natal dari mulai Advent I sampai Advent IV, dan Perayaan Natal PP/Remaja, Sekolah Minggu dan Yayasan GKPI dalam rangkaian foto.

Advent I

Prosesi Advent I

Panitia Natal 2013

Suasana Advent I
Advent II



Perayaan Natal PP/Remaja


Perayaan Natal Sekolah Minggu





Advent III



Perayaan Nalal Yayasan GKPI




Advent IV







Perayaan Malam Natal 24 Desember 2013









Ibadah Natal 25 Desember 2013



Syalom,


gkpi

Jumat, 20 Desember 2013

Advent IV Dengan Nuansa Flores Di GKPI Rawamangun - Tunas Itu Adalah Raja Damai

Kebaktian Advent IV di GKPI Rawamangun kali ini akan bernuansakan daerah Flores, suatu daerah di bagian timur Indonesia. Sukacita penantianpun terdapat pada daerah tersebut, dimana suatu pengharapan akan pembangunan serta kerinduan untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara ekonomi dan kesejahteraan. Semoga Advent IV kali ini menumbuhkan kesadaran akan pengharapan kesatuan dan persatuan yang indah dalam Tuhan serta perduli dengan saudara kita sebangsa agar dapat bersama-sama bertumbuh menjadi lebih sejahtera. (Info lanjutan pada GKPI INFO)


Tema renungan pada Minggu, 22 Desember 2013 pada GKPI adalah sebagai berikut :
(Saduran GKPI Pusat :)
TUNAS ITU = RAJA DAMAI
“Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (Yesaya 11:1)

     Pernahkah kita melihat bahwa dari suatu tunggul pohon yang nampaknya sudah kering dan kotor tumbuh lagi sebuah tunas atau pucuk? Hal yang sama dapat kita lihat dalam nas ini yang berkaitan dengan masa depan umat Tuhan. Nabi Yesaya mendapat suatu penglihatan luar biasa. Tunggul pohon Isai yang sudah kering dan mati bertunas lagi, dan tunas itu tumbuh besar dan berbuah. Secara lengkap ayat 1 berhubungan dengan ayat 2: “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN.”  Penglihatan itu menunjukkan bahwa dari keluarga Isai atau dari bangsa Israel yang sudah hancur remuk itu akan muncul seorang pemimpin yang dipenuhi Roh Tuhan dan bakal memerintah dengan kebenaran dan keadilan (Yesaya 11:3-5). Kepada pemimpin seperti itulah tumbuh sebuah harapan umat di masa depan.

     Gereja purba melihat penglihatan itu baru benar-benar digenapi dalam diri Yesus Kristus. Dialah tunas tumbuh dari tunggul Isai itu. Dia sungguh digerakkan dan dipenuhi Roh Kudus. Dalam Yesus ada dan sempurna semua yang disebutkan oleh nabi Yesaya: hikmat dan pengertian, nasihat dan keperkasaan, pengenalan dan takut akan Tuhan. Dia memegang kebenaran sampai matiNya dan Dia bangkit kembali mengalahkan maut. Dialah Raja Damai, yang mendamaikan manusia dengan Allah. Dalam Kristus kita juga dapat diperdamaikan dengan sesama dan alam.

     Pertanyaan: apakah artinya penglihatan dan nubuat ini bagi kita yang sekarang? Pertama: penglihatan itu hendak menguatkan iman kita bahwa Tuhan Allah sanggup menumbuhkan apa yang sudah layu, menghidupkan yang mati, membangun kembali apa yang telah hancur. Apa yang tidak mungkin bagi manusia adalah mungkin bagi Allah. Dengan kata lain tidak ada yang mustahil bagi Allah. Sebab itu tanpa harus menghilangkan rasio dan logika: jangan putus asa. Jangan apatis. Kedua: Kristuslah Sang Raja sejati. Tunduklah kepada dan sembahlah Dia. Marilah kita memberikan diri dipimpin dan dikuasai olehNya. Dia setia, adil dan benar. Dia tidak pernah curang dan sewenang-wenang. Ketiga: dalam Kristus ada dan penuh Roh TUHAN sumber segala hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan dan pengenalan akan Tuhan. Mintalah kepadaNya semuanya.
DOA : Tuhan terima kasih atas pengharapan yang Engkau anugerahkan dalam Kristus, yang adalah tunas yang keluar dari Tunggul Isai. Kuatkan kami ya Tuhan agar sungguh-sungguh menyerahkan diri kepadaNya. Amin.

POKOK PIKIRAN:
Kristus, Tunas itu, adalah sumber pengharapan kita dalam hikmat, pengertian,
nasihat, keperkasaan dan perdamaian.


Rabu, 18 Desember 2013

Salam Dari GKPI Rawamangun

Salam dalam Nama Tuhan Yesus Kristus,
 
Selamat datang di Site GKPI Rawamangun !
 
Blog GKPI Rawamangun ini berisikan informasi mengenai segala kegiatan yang ada di dalam  GKPI Rawamangun dan diperuntukkan sebagai media informasi buat Jemaat GKPI Rawamangun secara khusus dan Jemaat GKPI secara umum. Informasi yang tersedia diharapkan dapat diakses oleh seluruh Jemaat GKPI dan dapat menjadi media komunikasi untuk selalu memuji dan memuliakan Tuhan.
 
Gereja GKPI Rawamangun
GKPI Rawamangun
 Untuk semua Jemaat GKPI Rawamangun, saat ini sedang menghadapi Natal dan Tahun Baru. Sebagai Organisasi Gereja, GKPI sedang mengadakan perayaan natal untuk kategorial dan Natal Jemaat dengan pesan Natal "Datanglah, Ya Raja Damai" (Yesasa 9:5)

Semoga pesan Natal dapat menjadi pegangan buat kita semua.